Sabtu, 17 Maret 2012

Mengenal Klasifikasi Awan

Pada tahun 1887, Arbecromby dan Hildebrandsson mengelompokkan awan menjadi 4 bagian kelompok utama. Setiap kelompok diidentifikasi berdasar letak ketinggiannya dari muka bumi: awan tinggi, awan menengah dan awan rendah. Kelas ke-4-nya lebih pada pembentukan  vertikal dari awan.
1. Awan tinggi
Awan tinggi pada derajat lintang bumi menengah dan rendah umumnya terbentuk pada ketinggian di atas 6000 m. Karena udara pada ketinggian ini cukup dingin dan kering, awan tinggi terbentuk dari kristal es dan agak lebih tipis. Awan tinggi nampak putih, kecuali mendekati pada saat mahari terbit dan terbenam, awan dipengaruhi oleh pantulan sinar matahari sehingga nampak kemerahan, jingga maupun kuning.
Awan Cirrus. Foto: Ahrens GD
Kelompok awan tinggi yang paling sering nampak adalah awan cirrus, ia nampak tipis, ringan tertiup angin tinggi seperti pita-pita panjang. Awan ini biasa disebut dengan awan buntut kuda betina. Awan cirrus biasanya berpindah ditiup angin di langit dari barat ke selatan, pada saat cuaca cerah.
Awan cirrocomulus, nampak lebih jarang dibading awan cirrus, mengelompok kecil,  bulat, mengepul tunggal maupun membentuk barisan panjang. Jika bentuknya baris berbaris, ia nampak bergelombang sehingga membedakan dengan awan cirrus maupun cirrostratus.
Awan Cirrocomulus, Foto: Ahrens GD
Awan cirrostratus nampak tipis, bagaikan lembaran utuh menutup keseluruhan langit. Kerena begitu tipisnya, matahari dan bulan dapat jelas terlihat. Kristal-kristal es pada awan ini membelokkan sinar yang melewatinya dan kadang membentuk sebuah lingkaran sinar (halo).
Awan Cirrostratus, Foto: Ahrens GD
2. Awan menengah
Awan diketinggian menegah bersemayam pada ketinggian 2000-7000 m. Awan-awan ini tersusun dari titik-titik air dan kristal-kristal es.
Altocomulus adalah awan menengah yang tersusun dari titik kecil air, dan ketebalannya jarang melebihi 1 km. Mereka menampakkan diri dalam warna abu-abu, bergumpal-gumpal dalam masa yang cukup besar, seringkali tampak meluncur berparalel layaknya gelombang laut. Umumnya, pada suatu bagian nampak lebih gelap dari bagian lainnya, hal ini yang membedakan dengan cirrocomulus. Bagian gumpalan tunggalnya nampak lebih besar dari gumpalan tunggal cirrocomulus. Jika awan ini bentuknya terdapat bulat-bulat dan bergulung-gulung, awan ini sudah digolongkan ke awan altocomulus. Awan altocomulus yang nampak seperti ’benteng-benteng kecil’ di langit mengindikasikan adanya udara naik membumbung tinggi. Jika awan ini muncul pada saat sore hari yang panas dan lembab, ia menandakan bahwa akan datang angin ribut disertai petir dan guntur.
Awan Altocomulus (kiri), Altostratus (kanan), Foto: Ahrens GD
Awan altostratus adalah awan abu-abu atau biru keabu-abuan tersusun atas kristal-kristal es maupun butir-butir air kecil. Altrostatus sering tampah menutupi keseluruhan langit yang menutupi wilayah permukaan bumi maha luas hingga mencapai ratusan kilometer persegi. Awan ini sering menciptakan badai yang menggapai area yang luas disertai hujan yang relatif tak henti-henti.
3. Awan rendah
Awan rendah terletak di bawah 2000 meter, awan ini terbentuk dari kumpulan partikel-partikel air.
Nimbostratus (kiri) , Stratocomulus (tengah), Stratus (kanan). Foto: Ahrens GD
Nimbrostarus adalah awan rendah berwarna abu-abu gelap, nampak basah yang diasosiasikan dengan turunnya hujan yang terus menerus. Intesitas hujannya ringan hingga sedang, tidak pernah lebat atau deras. Nimbostarus biasanya tampak lebih gelap dibanding altostratus, bulan maupun matahari yang tertutup oleh awan ini tak akan tampak.
Stratocomulus adalah awan yang nampak sedikit agak kental berbaris-baris, bergumpal-gumpal bulat dimana diantara nampak langit berwarna biru. Seringkali nampak pada saat mendekati terbenamnanya matahari. Warna dari awan ini berkisar dari terang cerah hingga abu-abu gelap. Awan ini berbeda dengan altocomulus, karena awan ini memiliki basis yang lebih rendah dan ukuran awan-awan tunggalnya lebih besar. Hujan jatuh dari jenis awan ini.
Stratus adalah awan yang berwana keabu-abuan yang menutupi seluruh lagit. Awan ini menyerupai kabut dan tak menyentuh permukaan daratan. Normalnya, tidak ada turun hujan yang jatuh dari awan ini, namun kadang terdapat hujan rintik-rintik.
4. Awan dengan pembentukan vertikal
Awan comulus. Foto: Ahrens GD
Awan comulus nampak seperti serpihan kapas yang mengapung di langit dengan batas luar yang kelihatan tegas dan bagian bawahnya (dasarnya) datar. Bagian dasarnya berwarna abu-abu terang, dan pada hari yang panas ketinggiannya hanya 1000 m di atas permukaan daratan yang dapat menutupi luas hingga 1 km2 atau lebih.
Awan ini di bagian puncaknya memiliki sebuah kubah, sebagai kebalikannya daripada stratocumulus yang puncaknya datar. Gumpalan awan yang menunjukkan hanya sedikit agak vertikal tumbuhnya dinamakan cumulus humilis dan diasosiasikan dengan cuaca terang. Sedang jika awan ini pada bagian sisi-sinya nampak tidak rata (compang camping), dan lebih kecil dari cumulus humilis, dinamakan cumulus fractus. Awan ini sering terbentuk pada pagi hari yang agak panas dan berkembang menjadi lebih besar dan tinggi secara pada sore hari. Ketika gumpalan awan ini berkembang lagi hingga menyerupai bagian kepala bunga kol maka awan ini dinamakan cumulus congestus atau menara gumapalan awan.
Awan cumulus congestus. Foto: Ahrens GD
Hujan yang turun dari awan ini selalu deras. Jika awan ini terus berkembang kea rah vertikal dan makin membesar, awan ini dinamakan culumusnimbus (awan hujan badai yang disertai petir). Bagian dasar yang berwana abu-abu cerah dari awan ini berketinggian sekitar 600 m, sedangkan puncaknya bisa mencapai pada 12.000 m (lapisan tropopaus).
Awan cumulusnimbus. Foto: Ahrens GD



pertanyaan kuiz : apakah siklon itu ? dan bagaimanakah siklon terbentuk?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar