Rabu, 28 Maret 2012

Memaknai Serangan Umum 1 Maret 1949

Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dilaksanakan secara besar-besaran di Yogyakarta sudah saatnya disejajarkan dengan pertempuran 10 November 1945. Oleh sebab itu peringatan acara yang akan dilaksanakan tiga hari hari lagi akan digelar berbeda dengan tahun sebelumnya.
Serangan yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan kepada Belanda saat itu dilakukan guna memperkokoh diplomasi dan simbol ekstistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di mata internasional. 
Tentara Nasional Indoensia dibawah komando Panglima Besar Sudirman ingin membuktikan bahwa TNI masih ada dan cukup kuat untuk mempertahankan kedaulaatan NKRI khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Simbol perjuangan ada di Yogyakarta dengan dibangunnya Monumen Serangan Oemoem 1 Maret 1949 di kawasan Titik Nol Yogyakarta. Hanya saja, pada lima tahun terakhir peringatan serangan itu hanya dilakukan oleh para pelaku perjuangan tanpa melibatkan warga Yogyakarta.
 
Penasehat Panitia Peringatan 63 Tahun Serangan Umum 1 Maret 1949, Herry Zudianto mengatakan, sudah saatnya dilakukan transfer sejarah kepada generasi muda khususnya di DIY. Sebab, serangan itu adalah bagian dari sejarah kemerdekaan Indonesia.
“Sejarah serangan umum bahkan tidak ada di dalam buku pelajaran sehingga generasi kita tidak tahu pentingnya Yogya kaitanya dengan sejarah kemerdekaan Indonesia,”kata Herry, Senin (27/2/2012).
Menurut dia, serangan umum satu Maret 1949 sama pentingnya dengan perjuangan 10 November 1945 di Surabaya. Sebaiknya, warga DIY mulai “menggugat” arti pentingnya serangan untuk memperkokoh nilai keistimewaan Yogyakarta.

Posisi strategis Yogyakarta sebagai sasaran utama serangan sebab saat itu sebab Yogya adalah Ibu Kota RI saat itu. Pejuang berharap jika serangan besar-besar terhadap Belanda akan berpengaruh terhadap semangat pejuang untuk mempertahankan NKRI.
Ketua Badan Pengurus Cabang Paguyuban Wehrkries (Daerah Perlawanan) III Yogyakarta, Kota Yogya, Sudjono menambahkan, serangan umum satu Maret 1949 layak disejajarkan dengan perjuangan kemerdekaan di tempat lain.
Ia mengungkapkan, beberapa  tokoh  dari Yogyakarta seperti, Hamengkubuwo IX, Jenderal Sudirman juga menjadi bagian dari sejarah berdirinya Indonesia. Untuk itu, generasi muda saat ini patut mendapatkan transfer informasi sejarah yang sesungguhnya.
Selama ini, kata dia, peringatan upacara serangan umum 1 Maret 1949 hanya dilakukan secara sederhana hingga tidak ada gereget dari masyarakat Yogyakarta untuk merasa bangga terhadap para pejuang di Yogyakarta.
“Pada rangkaian acara peringatan serangan akan digelar berbagai acara yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya,”ujarnya. (*)

1 komentar:

  1. perjuangan para pahlaman kita sudah saatnya diperhatikan, mari luruskan kontroversi sejarah serangan umum ini.

    BalasHapus